TUGAS 6
A.
MANUSIA DAN PENDERITAAN
∞ DEFINISI PENDERITAAN
Penderitaan
adalah suatu
keadaan dimana kita merasa disakiti baik secara fisik maupun mental. Contoh secara fisik yaitu terkena terkena penyakit, mengalami kecelakaan, dll. Kalau secara mental yaitu mendapat cacian dari orang lain, dikecewakan, dikhianati, ditinggalkan oleh orang yang dikasihi.
keadaan dimana kita merasa disakiti baik secara fisik maupun mental. Contoh secara fisik yaitu terkena terkena penyakit, mengalami kecelakaan, dll. Kalau secara mental yaitu mendapat cacian dari orang lain, dikecewakan, dikhianati, ditinggalkan oleh orang yang dikasihi.
Dalam
arti lain penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari
bahasa sengsakerta yaitu dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu
yang tidak menyenangkan. Penderitaan dalam kehidupan manusia sering terjadi
seiring berkembangnya kehidupan manusia tersebut. Semakin berkembangnya
kehidupan manusia makan akan semakin kompleks juga penderitaan yang akn di
hadapi manusia
Penderitaan
termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat,
ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan
berat-tidalmya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan
oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula
suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai
langkah awal untuk mencapai kenilcmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan
akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan
memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan
penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bennakna agar manusia sadar untuk
tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya manusia telah diberikan tanda
atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap
terhadap peringatan yang diberikanNya? . Tanda atau wangsit demikian dapat
berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau
mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan. Kepada manusia
sebagai homo religius Tuhan telah memberikannya.
∞ CONTOH PENDERITAAN (PENGALAMAN PRIBADI)
Penderitaan
Firma Nurawalia (2009 – sampai sekarang) seseorang yang kini sudah menjadi
mahasiswa gunadarma atas izin allah dan atas didikan orang tua. Saat itu dimana
waktu sebentar lagi saya berulang tahun tanggal 29 April, akan tetapi mamah
tercinta, mamah yang sangat saya sayangi meninggal dunia. Saat itulah
penderitaan terbesar saya. Disusul dengan nenek dan kakek saya dari mamah yang
gak lama meninggalkan aku dan keluarga kamu tercinta ini.
Penderitaan
Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering
sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini
menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian
sehingga ia menjadi filsuf besar.
Lain
lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi
filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan
masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.
Sama
halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak
kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman
sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi
filsuf yang besar.
Masih
banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya
berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong
untuk menciptakan manusia-manusia besar.
Contoh
lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi
pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam
kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini
dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi
sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya
(versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).
KOMPAS.com - Hermawan (15)
duduk termenung di pojok tenda. Tatapannya kosong. Jari tangannya memainkan
ujung bajunya. Sesekali wajahnya diarahkan ke luar tenda, seperti mencari
sesuatu.
”Saya kehilangan nenek, ibu, dan tiga adik saya. Saya tidak bisa menyelamatkan mereka,” kata Hermawan, korban gempa di Desa Pamoyanan, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (4/9).
Khanah (50), nenek Hermawan; Tatin Handayani (35), ibu Hermawan; dan tiga adik Hermawan, yakni Itar Suwandari (11), M Devan (7), dan M Afansah (tiga minggu); tewas tertimbun bebatuan akibat gempa berkekuatan 7,3 skala Richter, Rabu lalu.
Sebelum gempa terjadi, Hermawan dan anggota keluarga yang lain berada di dalam rumah. Ketika gempa, keluarga itu langsung meninggalkan rumah dan lari menuju ke arah sawah.
”Ketika sampai di sawah, saya melihat tebing batu di belakang kami longsor dan langsung menimpa rumah-rumah. Ketika bongkahan-bongkahan batu mengarah kepada kami, kami lari lagi. Namun, hanya saya yang selamat. Mereka tertimbun batu-batu,” kata Hermawan.
Gempa yang terjadi Rabu lalu mengakibatkan 57 warga Desa Cikangkareng dan Desa Pamoyanan tertimbun longsor tebing batu, 21 orang di antaranya sudah ditemukan hingga Jumat siang.
Hermawan sebetulnya baru saja merasakan indahnya berkumpul kembali dengan keluarganya.
Kedua orangtua beserta tiga adiknya tinggal di Jakarta. Menjelang kelahiran adik bungsu Hermawan, ibunya kembali ke kampung. Ayah Hermawan, Anton (40), tetap tinggal di Jakarta, bekerja di sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja ke luar negeri, dan baru kembali ke Cibinong begitu gempa terjadi.
Selain kehilangan keluarga inti, Hermawan juga kehilangan tiga keponakannya. ”Saya sangat sedih. Begitu banyak anggota keluarga saya yang meninggal dengan cara yang mengenaskan,” tutur Hermawan.
Tekanan psikologis akibat kehilangan orang-orang terdekat bukan akhir penderitaan Hermawan. Selama dua malam tinggal di pengungsian, Hermawan tidak bisa tidur. Selain karena masih merasa kehilangan orang-orang yang dicintainya, dingin malam membuat istirahat Hermawan terganggu.
Seperti Hermawan, ratusan pengungsi yang tersebar di sejumlah tenda darurat di Desa Pamoyanan dan Desa Cikangkareng juga mengalami penderitaan lanjutan setelah merasakan tekanan psikologis kehilangan anggota keluarga.
Aroh (35) yang tinggal di tenda pengungsian Cisalak, Desa Cikangkareng, mengaku tersiksa tinggal di pengungsian.
”Kalau siang hari panas sekali, ditambah lagi dengan debu yang beterbangan. Kalau malam juga dingin sekali, apalagi alasnya hanya terpal,” kata Aroh. Sepanjang Kamis, para pengungsi di Cisalak bertahan dengan perbekalan seadanya. Baru sore hari mereka mendapatkan pengiriman bahan makanan.
”Saya kehilangan nenek, ibu, dan tiga adik saya. Saya tidak bisa menyelamatkan mereka,” kata Hermawan, korban gempa di Desa Pamoyanan, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (4/9).
Khanah (50), nenek Hermawan; Tatin Handayani (35), ibu Hermawan; dan tiga adik Hermawan, yakni Itar Suwandari (11), M Devan (7), dan M Afansah (tiga minggu); tewas tertimbun bebatuan akibat gempa berkekuatan 7,3 skala Richter, Rabu lalu.
Sebelum gempa terjadi, Hermawan dan anggota keluarga yang lain berada di dalam rumah. Ketika gempa, keluarga itu langsung meninggalkan rumah dan lari menuju ke arah sawah.
”Ketika sampai di sawah, saya melihat tebing batu di belakang kami longsor dan langsung menimpa rumah-rumah. Ketika bongkahan-bongkahan batu mengarah kepada kami, kami lari lagi. Namun, hanya saya yang selamat. Mereka tertimbun batu-batu,” kata Hermawan.
Gempa yang terjadi Rabu lalu mengakibatkan 57 warga Desa Cikangkareng dan Desa Pamoyanan tertimbun longsor tebing batu, 21 orang di antaranya sudah ditemukan hingga Jumat siang.
Hermawan sebetulnya baru saja merasakan indahnya berkumpul kembali dengan keluarganya.
Kedua orangtua beserta tiga adiknya tinggal di Jakarta. Menjelang kelahiran adik bungsu Hermawan, ibunya kembali ke kampung. Ayah Hermawan, Anton (40), tetap tinggal di Jakarta, bekerja di sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja ke luar negeri, dan baru kembali ke Cibinong begitu gempa terjadi.
Selain kehilangan keluarga inti, Hermawan juga kehilangan tiga keponakannya. ”Saya sangat sedih. Begitu banyak anggota keluarga saya yang meninggal dengan cara yang mengenaskan,” tutur Hermawan.
Tekanan psikologis akibat kehilangan orang-orang terdekat bukan akhir penderitaan Hermawan. Selama dua malam tinggal di pengungsian, Hermawan tidak bisa tidur. Selain karena masih merasa kehilangan orang-orang yang dicintainya, dingin malam membuat istirahat Hermawan terganggu.
Seperti Hermawan, ratusan pengungsi yang tersebar di sejumlah tenda darurat di Desa Pamoyanan dan Desa Cikangkareng juga mengalami penderitaan lanjutan setelah merasakan tekanan psikologis kehilangan anggota keluarga.
Aroh (35) yang tinggal di tenda pengungsian Cisalak, Desa Cikangkareng, mengaku tersiksa tinggal di pengungsian.
”Kalau siang hari panas sekali, ditambah lagi dengan debu yang beterbangan. Kalau malam juga dingin sekali, apalagi alasnya hanya terpal,” kata Aroh. Sepanjang Kamis, para pengungsi di Cisalak bertahan dengan perbekalan seadanya. Baru sore hari mereka mendapatkan pengiriman bahan makanan.
Mak Cicih diberikan bantuan
oksigen karena sesak napas di posko kesehatan di kantor Kecamatan
Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (4/9). Korban gempa yang
tinggal di tenda pengungsian mulai mengeluh karena sakit perut, sesak napas,
batuk, flu. Beberapa di antaranya pingsan.
|
Serba
darurat
Derita serupa dialami warga Pangalengan, Bandung Selatan. ”Sabar ya, biar cepat sembuh,” ujar Irma Wasilah (43), warga Desa dan Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, kepada Monica (13) yang terbaring lemah tidak berdaya.
Kepalanya yang terluka akibat tertimpa batu bata, saat terjadi gempa, sudah diperban. Ada lima jahitan di kepalanya yang luka itu. Monica hanya terbaring di dalam tenda perawatan posko bencana di kantor Kecamatan Pangalengan.
Ia ditemani keluarganya dan orang lain yang mengalami nasib kurang beruntung saat gempa sekuat 7,3 skala Richter menyapu 12 daerah di Jawa Barat.
”Pengungsi sekarang butuh air bersih. Karena kemarau, sumur warga banyak yang kering dan air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) juga alirannya kecil,” kata Mimin Nurjanah (35), warga Desa Jayapura, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya. Mimin adalah satu di antara ratusan korban gempa Tasikmalaya yang juga mengungsi dan ditampung di tenda darurat.
Persoalan penting yang tersisa hingga Jumat kemarin adalah kebutuhan air bersih bagi para pengungsi yang belum bisa dipenuhi sepenuhnya meski ada kiriman tiga tangki air dari PDAM per hari.
”Kebutuhan pengungsi yang mendesak memang air, tetapi mobil tangki kami cuma ada tiga. Kami sedang menghitung berapa pastinya kebutuhan mobil tangki untuk dipakai di sini,” kata Atang Kardian, Direktur Umum PDAM Tirta Sukapura, Tasikmalaya.
Selain keperluan air bersih yang mendesak, korban gempa yang tinggal di tenda pengungsian juga memerlukan pelayanan kesehatan. Situasi pancaroba ditambah kondisi yang memaksa mereka untuk tinggal di tenda membuat para pengungsi itu rentan jatuh sakit.
Posko kesehatan darurat ada di Desa Sukasetia, Kecamatan Cisayong. Posko tersebut didirikan di salah satu rumah warga. Perawat di posko tersebut, Rini Sumarni (22), mengatakan, mayoritas pasien yang berobat adalah orang dewasa dan kebanyakan warga yang sakit menderita flu dan batuk.
Meskipun darurat, Saidah dan Rini mengatakan persediaan obat masih mencukupi. Tenaga medis pun siap melayani pasien secara bergantian 24 jam sehari.Dalam keterbatasan yang ada, mereka tetap bekerja untuk para pengungsi. (Didit Putra Erlangga)
Derita serupa dialami warga Pangalengan, Bandung Selatan. ”Sabar ya, biar cepat sembuh,” ujar Irma Wasilah (43), warga Desa dan Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, kepada Monica (13) yang terbaring lemah tidak berdaya.
Kepalanya yang terluka akibat tertimpa batu bata, saat terjadi gempa, sudah diperban. Ada lima jahitan di kepalanya yang luka itu. Monica hanya terbaring di dalam tenda perawatan posko bencana di kantor Kecamatan Pangalengan.
Ia ditemani keluarganya dan orang lain yang mengalami nasib kurang beruntung saat gempa sekuat 7,3 skala Richter menyapu 12 daerah di Jawa Barat.
”Pengungsi sekarang butuh air bersih. Karena kemarau, sumur warga banyak yang kering dan air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) juga alirannya kecil,” kata Mimin Nurjanah (35), warga Desa Jayapura, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya. Mimin adalah satu di antara ratusan korban gempa Tasikmalaya yang juga mengungsi dan ditampung di tenda darurat.
Persoalan penting yang tersisa hingga Jumat kemarin adalah kebutuhan air bersih bagi para pengungsi yang belum bisa dipenuhi sepenuhnya meski ada kiriman tiga tangki air dari PDAM per hari.
”Kebutuhan pengungsi yang mendesak memang air, tetapi mobil tangki kami cuma ada tiga. Kami sedang menghitung berapa pastinya kebutuhan mobil tangki untuk dipakai di sini,” kata Atang Kardian, Direktur Umum PDAM Tirta Sukapura, Tasikmalaya.
Selain keperluan air bersih yang mendesak, korban gempa yang tinggal di tenda pengungsian juga memerlukan pelayanan kesehatan. Situasi pancaroba ditambah kondisi yang memaksa mereka untuk tinggal di tenda membuat para pengungsi itu rentan jatuh sakit.
Posko kesehatan darurat ada di Desa Sukasetia, Kecamatan Cisayong. Posko tersebut didirikan di salah satu rumah warga. Perawat di posko tersebut, Rini Sumarni (22), mengatakan, mayoritas pasien yang berobat adalah orang dewasa dan kebanyakan warga yang sakit menderita flu dan batuk.
Meskipun darurat, Saidah dan Rini mengatakan persediaan obat masih mencukupi. Tenaga medis pun siap melayani pasien secara bergantian 24 jam sehari.Dalam keterbatasan yang ada, mereka tetap bekerja untuk para pengungsi. (Didit Putra Erlangga)
∞ PENYEBAB TIMBULNYA PENDERITAAN
Jika Diklasifikasikan berdasarkan sebab – sebab munculnya penderitaan
manusia itu ada dua, yang pertama yaitu Penderitaan yang timbul karena
perbuatan buruk manusia, dan yang kedua Penderitaan yang timbul karena
penyakit, siksaan / azab tuhan.
1.
Penderitaan yang timbul karena
perbuatan buruk manusia
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat
terjadi dalam hubungan sesame manusia dan hubungan manusia dengan alam
sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut dengan nasib buruk. Nasib buruk ini
dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik. Dengan kata lain, manusialah yang
dapat memperbaiki nasibnya. Allah SWT berfirman, Aku tidak akan pernah merubah
nasib hambaku, melainkan Hambaku sendirilah yang merubahnya. Sudah jelas Tuhan
tidak akan mengubah nasib hambanya, karena atas usaha hambanya sendirilah yang
bisa mengubah nasibnya itu. Adapun perbedaan antara nasib buruk dan takdir,
kalau takdir Tuhan yang menjadi penentunya sedangkan nasib buruk itu manusia
lah penyebabnya.
Karena Perbuatan buruk antara sesama manusia menyebabkan menderitanya
manusia yang lain, contohnya :
Pembantu rumah tangga yang diperkosa, disekap, dan disiksa oleh majikannya,
sudah pantas jika majikannya yang biadab itu diganjar dengan hukuman penjara
oleh pengadilan negeri Surabaya supaya perbuatannya itu dapat diperbaiki
sekaligus merasakan penderitaan yang telah ia berikan kepada orang lain.
Sedangkan pembantu yang telah menderita itu dipulihkan.
Perbuatan buruk orang tua Arie Hanggara yang menganiaya anak kandungnya
sendiri sampai mengakibatkan kematian, sudah pantas jika dijatuhkan hukuman
oleh pengadilan Negeri Jakarta Pusat supaya perbuatannya itu dapat diperbaiki
dan sekaligus merasakan penderitaan anaknya.3. Perbuatan buruk para pejabat
pada zaman orde lama dituliskan oleh seniman Rendra dalam puisinya “bersatulah
pelacur – pelacur kota Jakarta”, perbuatan buruk yang merendahkan derajad kaum
wanita tidak lebih dari pemuas nafsu seksual. Kaya Rendra ini dipandang sebagai
salah satu usaha memperbaiki nasib buruk itu dengan mengkomunikasikannya kepada
masyarakat termasuk pejabat dan pelacur ibu kota itu.
Perbuatan buruk manusia terhadap lingkungannya pun dapat menimbulkan bagi
penderitaan bagi manusia yang lainnya. Tetapi kebanyakan manusia tidak
menyadari karena perbuatannya lah yang menimbulkan penderitaan pada manusia
yang lainnya. Kebanyakan manusia baru menyadari kesalahannya ketika bencana
yang menimbulkan penderitaan bagi manusia yang lainnya itu sudah terjadi.
Contohnya :1. Musibah banjir dan tanah longsor di lampung selatan bermula dari
penghunian liar di hutan lindung, kemudian dibabat menjadi lahan tandus dan
gundul oleh manusia – manusia penghuni liar itu. Akibatnya beberapa jiwa jadi
korban banjir, ratusan rumah hancur, belum terhitung lagi jumlah ternak dan
harta benda yang hilang / musnah. Segenap lapisan masyarakat, pemerintah dan ABRI
bekerja sama untuk membebaskan para korban dari penderitaan yang mereka derita
itu.
Perbuatan Lalai, mungkin kurang control terhadap tangki – tangki
penyimpanan gas – gas beracun dari perusahaan “Union Carbide” di India. Gas –
gas beracun dari tangki penyimpanan bocor memenuhi dan mengotori daerah
sekitarnya, mengakibatkan ribuan penduduk penghuni daerah itu mati lemas, dan
cacat fisik. Inilah penderitaan manusia karena perbuatan lalai dari pekerjaan
atau pimpinan perusahaan itu. Ia bertanggung jawab untuk memulihkan penderitaan
manusia disitu.
2.
Penderitaan yang timbul karena
penyakit, siksaan / azab tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab
Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimism dapat merupakan usaha manusia
untuk mengatasi penderitaan itu. Banyak contoh kasus penderitaan semacam ini
dialami manusia.
Bebebrapa kasus penderitaan dapat diungkapkan berikut ini :
Seorang anak lelaki buta sejak diahirkan, diasuh dengan tabah oleh orang
tuanya. Ia disekolahkan, kecerdasannya luar biasa. Walaupun ia tidak dapat
melihat dengan mata hatinya terang benderang. Karena kecerdasannya, ia
memperoleh pendidikan sampai di universitas, dan akhirnya memperoleh gelar
doctor di Universitas Sourbone Perancis. Dia adalah Prof.Dr. Thaha Husen, guru
besar Universitas di Kairo, Mesir.
Nabi Ayub mengalami siksaan Tuhan, tetapi dengan sabar ia menerima cobaan
ini. Bertahun – tahun ia menderita penyakit kulit, sehingga istrinya bosan
merawatnya, dan ia dikucilkan. Berkat kesabarannya dan kepasrahannya kepada
Tuha, maka seiring berjalannya waktu Nabi Ayub pun sebuh dan tampak lebih muda,
sehingga istrinya tidak mengenalinnya lagi. Disini kita dihadapkan kepada
masalah sikap hidup kesetiaan, kesabaran, tawakal, percaya, pasrah, tetapi juga
sikap hidup yang lemah, seperti kesetiaan dan kesabaran sang istri yang luntur,
karena penyakit Nabi Ayub yang cukup lama.
Tenggelamnya Fir’aun di laut merah seperti disevutkan dalam Al – Qur’an
adalah azab yang dijatuhkan Tuhan kepada orang yang angkuh dan sombong. Fir’aun
adalah raja mesir yang mengaku dirinya Tuhan. Ketika Fir’aun bersama bala
tentaranya mengejar nabi Musa dan para pengikutya menyeberangi laut merah, laut
itu terbelah dan Nabi Musa serta para pengikutnya berhasil melewatinya. Ketika
Fir’aun dan tentaranya berada tepat ditengah belahan laut merah itu, seketika
juga laut merah itu tertutup lagi dan mereka semua tenggelam.
Pendapat saya: Dalam masalah ini saya dapat
menyimpulkan bawah setiap perbuatan baik buruknya itu pasti ada akibatnya atau berakibat apapun. Perbuatan buruk yang dilakukan seseorang bukan hanya merugikan diri sendiri
tapi juga keadaan sekitar. Untuk itu sebelum melakukan
sebuah perbuatan kita harus memikirkan matang matang sehingga tidak akan
merugikan keadan sekitar.
∞ HUBUNGAN ANTARA PENDERITAAN DAN PERJUANGAN
Penderitaan memang selalu hadir dalam
kehidupan kita, tidak berarti hidup adalah menderita / hidup adalah untuk
penderitaan. namun "Hidup adalah Berjuang karena Hidup adalah
Perjuangan". Jadi mau tidak mau kita selalu dituntut untuk terus berjuang
dlam hal apapun. dan percayalah bahwa tidak ada sesuatu yang sia - sia. Setelah
perjuangan terlaksana dan pasrah kepada Tuhan. maka dari itulah gunanya
bersosialisasi, dengan bersosialisasi.
Kita dapat saling membantu
dalam susah maupun senang dengan sesama manusia dalam menyelesaikan masalah dan
menyelesaikan penderitaan. namun jangan lupa disertai doa pula. Manusia hanya merencanakan
selebihnya adalah kehendak Tuhan.
Waspada akan penderitaan boleh
dalam berbagai hal namun tetap kita tidak dapat menghindar dari penderitaan,
satu - satunya jalan keluar adalah dengan melewatinya. Hal ini nampak bila
ditinjau jenjang karir sejarah orang - orang besar disekitar kita yang benar -
benar berhasil oleh karena usahanya sendiri dan bantuan Tuhan.
Penderitaan kerap kali disebar
luaskan dan diumumkan di berbagai media layaknya Surat Kabar, TV, Radio,
Internet dengan maksud mengetuk hati kita selaku pembaca dan pendengar media
untuk menggerakan rasa empati* rasa kemanusiaan agar dapat turut
berbelasungkawa atas penderitaan yang terjadi dan selaku manusia sosial yang
saling tolong menolog megggerakan hati kita untuk membantu mereka yang
menderita karena bencana, dan penderitaan lainnya.
Penyebab penderitaan banyak
disebabkan oleh berbagai hal di bawah ini :
Hubungan tidak baik antara
manusia dengan manusia yang mengakibatkan penderitaan didasari rasa dengki,
iri, sakit hati, kejam serta alasan lain yang mendasari perbuatan buruk manusia
lain terhadap sesama yang dapat memicu penderitaan entah itu dari korban yang
mengalami maupun pelaku yang mengalami derita.
Hubungan tidak baik antara manusia dengan Alam yang mengakibatkan bencana,
kurangnya kesadaran manusia untuk merawat alam dan bahkan manusia yang sengaja
merusak alam dengan Ketamakan hanya karena masalah uang sehingga terjadi berbagai becana
seperti Longsor.
Penderitaan karena cobaan,
disini kita dituntut akan kesetiaan kita melalui suatu cobaan dan percayalah
bahwa Tuhan tidak akan meberikan suatu cobaan diluar kemampuan umat-Nya.
berbagai pengaruh dari
penderitaan dapat dikategorikan bersifat positif dan negatif tergantung dari
bagaimana manusia menghadapi kenyataan ini, apabila menyikapi secara
positif dengan mudah ia bisa menepis pegaruh penderitaan itu dengan contoh
motto yang telah saya berikan bahwa "Hidup adalah Berjuang
karena Hidup adalah Perjuangan". jadi dia bisa kuat menghadapi penderitaan
da selalu berusaha kuat untuk menghadapi penderitaan.
Lawannya adalah sikap negatif dalam menghadapi penderitaan, ini efek terparahnya yakni
penyesalan, minder berlebihan, tidak bahagia, selalu putus asa manusia mudah meyerah dalam hidup dan tidak
sedikit yang lebih memilih mati meskipun mati bukanlah cara untuk menyelesaikan
penderitaan.
SUMBER REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar